MATERI



Kerajaan Majapahit

Disusun Oleh :

Isma Barokah              (12406241010)
Imam Sulkhan             (12406241017)
Ita Chorizannah          (12406241019)
Isti Manilai                  (12406241029)
Irza F                           (12406241044)
Septian Teguh W        (12406241035)
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Raden Wijaya yang sedang dikejar tentara Kediri, terpaksa melarikan diri setelha mendengar bawa Singhasari telah jatuh dan Arddharaja kemudian berbalik memihak Kediri. Dengan bantuan lurah desa Kudadu, Raden Wijaya dapat menyeberang ke Madura. Tujuannya ialah untuk mencari perlindungan dan bantuan kepada Wiraraja di Sungeneb. Atas nasehat Wiraraja, Raden Wijaya pergi ke Kediri untuk menghambakan diri kepada Jayakatwang. Raden Wijaya dianugrahi tanah di desa Tarik, dengan bantuan orang-orang Madura tanah yang masih berupa hutan tersebut dibuka dan menjadi desa yang subur dengan nama Majapahit.
Dengan memanfaatkan tentara Tiongkok yang hendak membalas penghinaan yang dilakukan Krtanagara terhadap Kubilai Khan, Raden Wijaya menggabungkan diri guna menggempur kekuatan Kediri. Karena hal tersebut kekuatan Kediri dipaksa untuk menyerah. Dengan taktik perang yang brilian, Raden Wijaya berhasil melakukan serangan-serangan terhadap tentara Tiongkok dan berhasil memukul mundur mereka dengan meninggalkan banyak korban. Dengan diperkuat oleh pasukan-pasukan Singhasari yang kembali dari Sumatera, Raden Wijaya menjadi raja pertama kerajaan Majapahit, dengan gelar Krtarajasa Jayawardhana.
Krtarajasa wafat tahun 1309, dan dagantikan oleh Jayanagara sampai tahun 1328, pemerintahan Jayanagara menjumpai banyak kesulitan. Pemerintahan dilanjutkan oleh Tribuwana dari tahun 1328-1350. Tahkta kemudian diberikan pada Hayam Wuruk dengan gelar Rajasanagara, dengan Gajahmada sebagai patihnya. Saat pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mengalami jaman keemasannya. Sumpah Palapa Gajah Mada dapat terlaksana, dan seluruh kepulauan Indonesia, bahkan juga jazirah Malaka mengibarkan panji-panji Majapahit. Gajah Mada meninggal pada tahun 1364, dan apa yang dulu dipegang olehnya sekarang diserahkan kepada empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389, dan digantikan oleh Wirakramawardhana sampai tahun 1429. Sejak pemerintahan Wirakramawardhana eksistensi Majapahit makin lama makin pudar. Hal ini disebabkan oleh perang saudara antar para keluarga raja, hilangnya kekuasaan pusat diluar daerah sekitar ibu kota Majapahit, dan penyebaran agama Islam yang sejak ±1400 berpusat di Malaka dan disertai dengan timbulnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang kekuatan Majapahit. Peristiwa-peristiwa itu menandai masa runtuhnya kerajaan Majapahit yang tadinya mempersatukan seluruh Nusantara.


B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Majapahit ?
2.    Siapa raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit ?
3.    Bagaimana tata Negara dan perundang-undangan kerajaan Majapahit ?
4.    Bagaimana Proses runtuhnya kerajaan Majapahit ?

C.  Tujuan
1.    Mengetahui awal mula berdirinya kerajaan Majapahit.
2.    Mengetahui raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit.
3.    Mengetahui tata Negara dan perundang-undangan kerajaan Majapahit.
4.    Mengetahui proses runtuhnya kerajaan Majapahit.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Berdirinya Kerajaan Majapahit
Kertanegara adalah anak laki-laki dari Shri Ranggawuni. Sedangkan Mahisa Campaka mempunyai anak laki-laki yang bernama Raden Wijaya. Kertanegara menjadi raja, dengan gelar Shiwa Buddha. Seorang keturunan orang tetua ( yang dituakan) di Nangka yang bernama Banyak Widhe, sebutannya Arya Wiraraja yang ternyata tidak dipercaya lalu dijauhkan dan disuruh menjadi Adipati di Sumenep di Madura sebelah Timur. Padahal di Sumenep saat itu sudah ada patihnya yang baru saja naik tahta bernama Mpu Raganata. Ia selalu memberi nasehat untuk keselamatan raja, tetapi ia tidak dihiraukan oleh Sri Kertanegara. Karena itu Mpu Raganata meletakkan jabatannya dan tak lagi menjadi patih yang kemudian diganti oleh Kebo Tengah Panji Aragani.
Mpu Raganata kemudian menjadi Adiyaksa di Tumapel. Pada waktu itu Sri Kertanegara  memerintah untuk melenyapkan seorang kelana bernama Baya. Sesudah kelana itu mati, ia memberi perintah kepada rakyatnya untuk menyerang  Melayu. Panji Aragani mengantarkan sampai di Tuban. Sedatangnya di Tumapel, sang Panji Aragani mempersembahkan makanan setiap hari dan raja Kertanegara bersenang-senang.
 Perselisihan antara Kertanegara dengan raja Katong di Daha Pura Raya. Dia menjadi musuh raja kertanegara karena lengah terhadapa usaha musuh yang sedang mencari kesempatan dan ketepatan waktu, tetapi ia tidak menyadari kesalahanya pada peristiwa penyerangan Melayu, banyak widhe berumur 40 tahun ia berteman dengan raja jayakatwang. Banyak widhe yang bergelar Arya Wiraraja dari madura itu mengadakan hubungan dan berkirim utusan dari Madura.
Sekarang raja Jayakatwang mnyerang Tumapel. Prajurit Daha Pura Raya yang melalui jalan utara itu berhenti di Memiling. Sekarang Raden Wijaya di tunjuk untuk berperang melawan prajurit Tumapel. Berangkatlah Raden Wijaya disertai para ksatria terkemuka, Banyak Kapuk, Ranggalawe, Pedang, Sora, Dangdi, Ki Ageng Gajah Pagon, anak Wiraraja yang bernama Nambi, Peteng, dan Wirot. Kemudian orang-orang DahaPura Raya melarikan diri dari daerah utara itu, di kejar dan di buru oleh Raden Wijaya.Kemudian turunlah prajurit besar dari Daha Pura Raya yang dating dari tepi sungai Aksa, menuju kedaerah Lawor. Sedatangnya di Sidaba wana langsung menuju Singasari. Yang menjadi prajurit utama dari prajurit Daha Pura Raya sebelah selatan adalah patih Daha Pura Raya Kebo Mundarang, Pudot, dan Bawong. Ketika Bathara Raja Kertanegara sedang minum-minuman keras dengan patih, maka pada waktu itu iadi kalahkan. Semua gugur.Kebo Tengah yang melakukan pembalasan, meninggal di Manguntur.
Dalam sebuah prasasti diceritakan, pada tahun 1292 terjadi peristiwa besar dalam sejarah yaitu peristiwa Singasari yang berhasil dikuasai oleh Jayakatwang yang kemudian mengangkat dirinya sebagai raja. Ada seberkas cerita yang benar-benar menggemparkan, seusai perang berkecamuk, putra menantu Prabu Kertanegara yaitu Raden Wijaya berhasil meloloskan diri dari kejaran musuh serta menyeberangi lautan dan minta perlindungan kepada Adipati Wiraraja di Sumenep. Berkatusaha Adipati Wiraraja, Raden Wijaya berhasil mendapat pengampunan dari Jayakatwang yang kemudian mendapat bumi perdikan (tanahhibah) di daerahTarik.
Konon ada sebagian hutan yang tidak terlindungi oleh pepohonan,  oleh karenanya di saat purnama sinar sang Candra menembus menerangi tengah hutan, kemudian bumi perdikan juga disebut dengan Tarang Bulan yang kemudian berubah menjadi Trowulan. Rimbaraya segera dibuka menjadi desa yang disebut Majapahit, suatu nama sebagai catatan sejarah bahwa pada saat itu Raden Wijaya dan keluarganya sedang mendapat cobaan yang pahit, kebetulan pula disitu terdapat pohon maja yang rasanya pahit. Secara lahir, tampaknya Raden Wijaya tunduk kepada Sri Jayakatwang namun dalam batin tak henti-hentinya Raden Wijaya berusaha untuk mendapatkan kembali kerajaan yang telah diduduki oleh Jayakatwang. Dalam hal ini bukanlah kepentingan pribadi yang dikejar oleh Raden Wijaya tetapi mengharap dipulihkannya cita-cita Kertanegara untuk mempersatukan Nusantara.
Pada masa Kertanegara berkuasa, ia pernah menyiksa seorang Duta dari negeri yang bernama Meng Khi. Sekembalinnya ke negrinya,sang duta tersebut melapor kepada Sri Khu Bilal Khan tentang segala sesuatunya terutama penyiksaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Kertanegara. Bagaikan pedang dami tersulut api, berkobarlah kemarahan Sri Khu Bilal Khan, yang kemudian memerintahkan balatentaranya untuk menyerang ke Raja Jawa.
Raden Wijaya yang mendengar bahwa akan datang tentara Tartar dari Cina segera menyusun siasat. Dengan cerdik Raden Wijaya mampu meyakinkan tentara Tartar, sehingga tidak jadi menyerang Kertanegara almarhum, bahkan bersama-sama kemudian menyerang Jayakatwang yang dianggap sebagai Raja Jawa. Di sisi lain ditambah dengan murkanya Raden Wijaya dan bala tentaranya bagaikan banteng mengamuk, sehingga tentara Kediri dibantai habis-habisan  dan akhirnya Jayakatwang kalah dan gugur dalam medan laga.
Perang telah selesai, tentara Tartar bersukaria merayakan kemenangannya sehingga meninggalkan kewaspadaannya. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk menghancurkan tentara Tartar. Setelah peristiwa itu, Raden Wijaya segera dinobatkan menjadi Raja di Majapahit yang tercatat dalam kekidungan “Purneng Kartikamasa panca dasi sukleng catur” serta menggunakan masa kebesaran Shri Narpati Kertarajasa Jayawardhana. Ayam berkokok mengalun di waktu pagi bagai mengirigi dinobatkannya Raden Wijaya Sang “Ayam Jantan” dari Timur(Budi Udjianto, 1993). Demikian uraian dari kitab Banjaran Majapahit.
B.     Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Raden Wijaya adalah raja pertama di karajaan Majapahit dengan gelar Krtarajasa Jayawardhana. Ia mempunyai empat orang isteri yang semuanya merupakan anak dari Kertanegara, raja Kediri. Istri tertua yang menjadi parameswari bernama Tribhuwana, dan yang bungsu bernama Gayatri. Gayatri disebut juga Rajapatni, dan lebih-lebih terkenal karena dari beliaulah berlangsungnya keluarga raja-raja Majapahit selanjutnya. Krtarajasa memerintah dengan tegas dan bijaksana. Maka keadaan Negara tentram dan aman. Beliau memerintah dibantu oleh dua mentri yaitu rakryan rangga dan rakryan tumenggung.
Raja Kertarajasa memberikan kesempatan kepada semua pengikutnya yang setia untuk turut menikmati hasil perjuangan. Beliau membalas jasa mereka dalam perjuangan dan pengangkatannya sebagai pembesar negara di daerah sebelah utara, yakni di Tuban dan Adipati Dataran. Pengangkatan itu sesuai dengan jasa-jasanya, karena dalam perjuangan ia jelas bersedia atalang jiwa, mempertaruhkan jiwanya. Sikap setia kawan raden Wijaya baik dalam kesulitan maupun dalam kenikmatan tidak tercela. Semua pengikutnya memperoleh bagian sesuai dengan jasa yang pernah diberikan selama perjuangan. Sudah pasti bahwa besar kecilnya balas budi itu dipertimbangkan masak-masak agar jangan timbul rasa iri hati diantara para pengikutnya. Namun keadilan memang sulit diamalkan, oleh karena itu betapapun rasa keadilan yang diamalkan oleh raden Wijaya setelah dinobatkan sebagai raja, timbullah rentetan ketidak puasan diantara para pengikutnya. Alih-alih ingin membangun negara yang masih sangat muda dan baru saja lepas dari cengkraman musuh, para pengiutnya mendorong pemerintahan Majapahit dengan rentetan pemberontakan. Raja Kertarajasa menunjukan keagungan jiwanya namun juga tidak bebas dari sifat-sifat manusia biasa. Raja kertarajasa bukanlah tentara dongengan, tetapi tokoh sejarah yang bergulat dengan pelbagai kesulitan untuk menentukan nasibnya di kemudian hari. Setia dalam pengabdian, setia kepada darmanya, ulet dalam perjuangannya, berani menyabung jiwanya.
Kertarajasa wafat dalam tahun 1309 dengan meninggalkan 2 anak perempuan dari Gayatri dan 1 anak laki-laki dari Parameswari., yaitu Jayanagara yang dalam tahun 1309 menaiki tahta kerajaan Majapahit. Krtarajasa dicandikan dalam candi Siwa di Simping (Candi Sumberjati di sebelah selatan Blitar) dan dalam candi Budha di Antahpura di dalam kota Majapahit. Arca perwujudannya adalah Harihara yaiti Wisnu dan Siwa dalam satu arca.
C.     Jayanagara (1309-1328)
Sepeninggal Kertarajasa pada tahun 1390 M, putranya Jayanagara dinobatkan menjadi raja dengan gelar abhisekanya Sri Sundarapandyadewadhiswarana Maharajabhiseka Wikramottunggadewa. Pada waktu ayahnya masih memerintah, yakni pada tahun 1296 M, Jayanagara telah berkedudukan pula sebagai kumararaja.
Pada masa pemerintahan raja Jayanagara  merupakan kelanjutan dari pemberontakan-pemberontakan yang terjadi pada masa pemerintahan ayahnya yang disebabkan oleh fitnah Mahapati. Kemudian muncul pemberontakan Semi pada tahun 1318 M dan pemberontakan Kuti pada tahun 1135 M. Semi dan Kuti adalah dua orang dari tujuh dharmmaputra di kerajaan Majapahit. Dalam pemberontakan Kuti muncul Gajah Mada yang berkedudukan sebagai seorang anggota pasukan pengawal raja (bekel bhayangkari). Berkat siasat Gajah Mada dalam peristiwa di Badander, raja dapat diselamatkan dan Kuti dapat di bunuh.
Masa pemerintahan Jayanagara hubungan dengan China pulih kembali. Utusan dari Jawa tiap tahun dating dari tahun 1325 M sampai tahun 1328 M. Utusan yang datang dalam tahun 1325 M dipimpin oleh Seng-chia-liyeh, dalam berita China sebagai raja di Sumatra.
Dari masa pemerintahan raja Jayanagara mengenal 3 buah prasasti yang dikeluarkan olehnya, yaitu prasasti Tuhanaru, prasasti Balambangan, dan pasasti Balitar I.  Prasasti Tuhanaru berangka tahun 1245 Saka, berisi penetapan kembali Desa Tuhanaru dan Kusambyan sebagai daerah swatantra atas permohonan Dyah Makaradhwaja. Prasasti kedua, memperingati penetapan daerah Balambangan sebagai daerah perdikan. Prasasti ketiga, angka tahun 1246 Saka dan menyebut gelar abhiseka Jayanagara.
Pada tahun 1328 raja Jayanagara meninggal dibunuh Tanca, seorang dharmmaputra yang bertindak sebagai tabib. Peristiwa pembunuhan raja Jayanagara ini disebut patanca. Raja Jayanagara dicandikan di dalam pura, di Sila Petak dan di Bubat, ketiganya dengan arca Wisnu, dan di Sukhalila dengan arca Amoghasiddhi.
D.    Tribuwanattunggadewi Jayawisnuwardhani (1328-1350)
Raja Jayanagara tidak berputra. Sepeninggalnya pada tahun 1328 M kedudukannya digantikan oleh adik perempuannya, yaitu Bhre Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar abhiseka Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhan. Dari kakawin Nagarakertagama, bahwa dalam masa pemerintahan Tribhuwanottunggadewi telah terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331 M. Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sesudah peristiwa itu Gajah Mada bersumpah di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara. Peristiwa yang lain adalah penakhlukan Bali dalam tahun 1343 M.
Dalam tahun 1334 M lahirlah putra mahkota yang bernama Hayam Wuruk. Kelahirannya disertai gempa bumi, hujan abu, Guntur, dan kilat karena meletusnya Gunung Kampu. Tribhuwanottunggadewi pada tahun 1350 M mengundurkan diri dari pemerintahan dan digantikan oleh Hayam Wuruk. Pada tahun 1372 M Tribhuwanottunggadewi meninggal, dan didharmakan di Panggih. Pendharmaannya bernama Pantarapurwa.
E.     Rajasanagara (1350-1389)
Pada tahun 1350 M putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit. Ia bergelar Sri Rajasanagara, dan dikenal dengan nama Bhra Hyang Wekasing Sukha. Ketika ibunya, Tribhuwanottunggadewi masih memerintah, Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja muda (rajakumara) dan mendapat daerah Jiwana sebagai daerah lungguh-nya. Dalam menjalankan pemerintahannya Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan Patih Hamangkubhumi. Jabatan ini sebenarnya sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada raja Tribhuwanottunggadewi, yaitu setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng.
Dengan bantuan patih hamangkubhumi Gajah Mada, raja Hayam Wuruk berhasil membawa kerajaan Majapahit ke puncak kebesarannya. Seperti halnya raja Kertanegara yang mempunyai gagasan politik perluasan cakrawala mandala yang meliputi seluruh dwipantra, Gajah Mada ingin melaksanakan pula gagasan politik nusantara yang telah dicetuskan sebagai sumpah palapa di hadapan raja Tribhuwanottunggadewi dan para pembesar kerajaan Majapahit. Dalam rangka menjalankan politik nusantaranya satu persatu daerah-daerah yang belum bernaung di bawah panji kekuasaan Majapahit ditundukkan dan dipersatukan.
Agaknya politik Nusantara ini berakhir sampai tahun 1357 M, dengan terjadinya peristiwa di Bubat (pasunda-bubat), yaitu perang antara orang Sunda dan Majapahit. Pada waktu itu raja Hayam Wuruk bermaksud hendak mempersunting putrid Sunda, Dyah Pitaloka. Namun, Gajah Mada tidak menghendaki perkawinan raja Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja, ia menghendaki agar putrid itu dipersembahkan oleh raja Sunda kepada Raja Majapahit sebagai tanda pengakuan tunduk terhadap kkerajaan Majapahit. Para pembesar Sunda tidak setuju dengan sikap Gajah Mada. Kemudian terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua orang Sunda gugur. Meninggalnya putrid Sunda dalam peristiwa Bubat, kemudian raja Hayam Wuruk menikah dengan Paduka Sori, anak Bhre Wengker Wijayarajasa.
Pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk untuk meningkatkan kemakmurab bagi rakyatnya, hasil upeti dan berbagai macam pajak dimanfaatkan untuk menyelenggarakan kesejahteraan dalam berbagai bidang. Untuk keperluan peningkatan kesejahteraan di bidang pertanian, raja telah memerintahkan pembuata bendungan-bendungan, dan saluran-saluran pengairan, serta pembukaan tanah-tanah baru untuk perladangan. Di beberapa tempat sepanjang sungai-sungai besar diadakan tempat penyeberangan untuk memudahkan lalu lintas antar daerah.
Raja Hayam Wuruk juga menyelenggarakan pesta upacara sraddha agung untuk memperingati dua belas tahun meninggalnya Rajapatni. Upacara sraddha tersebut diselenggarakan dengan meriah dan khidmat dalam bulan Badrapada tahun 1362 M, atas perintah ibunda raja. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1964 M, patih hamangkubhumi Gajah Mada meninggal, setelah lebih dari tiga puluh tahun mengabdikan dirinya untuk kebesaran dan kejayaan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk kemudian mengundang Pahom Narendra, yang merupakan dewan pertimbangan raja, untuk merundingkan masalah penggantian Gajah Mada tetapi tidak berhasil. Akhirnya raja memutuskan tidak akan diganti dan untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan raja Hayam Wuruk mengangkat aryyatmaraja pu Tanding menjadi wrddhamatri, sang aryya wira mandalika pu Nala diangkat menjadi mancanagara, dan Patih Dami diangkat menjadi yuwamantri. Masa permerintahan raja Hayam Wuruk tanpa patih hamangkubhumi hanya berlangsung selama tiga tahun. Kemudian Gajah Enggon diangkat menjadi patih hamangkubhumi. Pada tahun 1389 M, raja Hayam Wuruk meninggal.
F.   Wikramawardhana (1389-1429)
Putera mahkota Majapahit yang lahir dari permaisuri Hayam Wuruk adalah seorang perempuan, bernama Kusumawardhani. Puteri ini menikah dengan saudara sepupunya, Wikrawardhana dan ialah yang menggantikan Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit. Hayam Wuruk mempunyai juga anak laki-laki yaitu Bhre Wirabhumi tetapi bukan dari permaisuri. Bhre Wirabhumi diberi bagian ujung Jawa Timur untuk daerah pemerintahannya. Dengan demikian maka sesudah Hayam Wuruk wafat, Majapahit itu pada hakekatnya sudah terbagi secara resmi.
Hubungan baik antara Wikramawardhana dan Wirabhumi dalam tahun 1401 berbalik menjadi peperangan, terkenal dengan nama perang Paregreg, yang baru berakhir dalam tahun 1406 dengan dibunuhnya Wirabhumi. Perang saudara ini rupanya sangat melemahkan Majapahit. Hal ini diketahui pula oleh Tiongkok, yang segera berusaha memikat daerah-daerah luar Jawa untuk mengakui kedaulatannya. Kalimantan Barat yang dalam tahun 1368 telah diganggu oleh bajak-bajak dari Sulu sebagai alat dari kaisar Tingkok, sejak tahun 1405 sama sekali tunduk kepada Tingkok tanpa sesuatu tindakan dari Majapahit. Dalam tahun itu juga, Palembang dan Melayu mengarahkan pandangannya pada Tiongkok dengan tidak menghiraukan Majapahit. Dengan timbulnya Malakka sebagai pelabuhan dan kota dagang penting, yang beragama islam di samping samudra, maka jazirah Malakka pun bagi Majapahit boleh dikata sudah hilang. Demikian pula daerah-daerah lainnya satu persatu melepaskan diri dari ikantannya dengan Majapahit. Berbagai daerah masih mengaku Majapahit sebagai atasannya, tetapi dalam prakteknya tidak banyak juga hubungannya dengan pemerintah pusat.
Wirakramawardhana meninggal pada tahun 1429, dan saat itu Majapahit yang besar dan beratu sudah tidak ada lagi. Pengganti Wikramawardhana diatas takhta kerajaan kerajaan Majapahit adalah anak perempuannya, yang bernama Suhita, dan memerintah dari tahun 1429 sampai tahun 1447.
G.  Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Keruntuhan kerajaan Majapahit disebabkan oleh berbagai faktor, yang paling utama adalah faktor politik. Gejala ini ditandai dengan adanya kenyataan bahwa pasca kekuasaan raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, tidak ada lagi orang kuat, sehingga legitimasi kekuasaan raja-raja Majapait amat lemah. Akibatnya terjadi perang saudara. Misalnya perang Paregreg yang melibatkan elite politik kerajaan, bahkan antara tahun 1453-1456 tidak ada raja di Majapahit, kejadian ini bisa jadi karena konflik yang hebat dikalangan keluarga raja.
Perang saudara yang berlarut-larut mengakibatkan Majapahit sangat lemah, sehingga gagal mengontrol wilayah kekuasaanya. Daerah-daerah kekuasaan Majapahit terutama kota-kota bandar di pesisir utara Jawa melepaskan diri, membentuk negara merdeka. Sebelum islam masuk para adipati patuh kepada Majapahit tercermin pada kesediaannya membayar upeti kepada Majapahit. Ketika kekuasaan Majapahit melemah, maka para adipati melepaskan diri sehingga terbentuk penguasa-penguasa lokal yang merdeka dan menolak membayar upeti kepada Majapahit.
Posisi raja yang terus melemah memberi peluang besar kepada para saudagar kaya diberbagai kadipaten di wilayah pesisir guna menjauhkan diri dari kekuasaan raja. Dengan keuntungan atau laba besar yang didapat dari perdagangan internasioanal. Kaum saudagar tidak hanya masuk islam tetapi juga membangun pusat-pusat poliyik independen di kota-kota pelabuhan pesisir Demak, Jepara, Rembang, Tuban, Gresik, dan Surabaya tampil sebagai pusat-pusat perdagangan sekaligus aktivitas keagamaan dan politik otonom dan independen yang meyerupai negara kota dalam pengertian modern. Dari kota-kota pelabuhan inilah, islam kemudian merayap lebih jauh lagi memasuki wilayah basis-basis masyarakat tradisional Jawa pedalaman. Gejala ini tidak hanya karena pemerintah pusat sehingga memberikan peluang bagi mereka untuk memerdekakan diri tetapi juga karena mereka menolak kekuasaan pusat yang bukan Islami. Akibatnya wilayah Majapahit semakin menyempit. Majapahitpun kehilangan modal ekonomi, sebab mereka tidak mau membayar upeti. Timbullah kesulitan, sebab keluarga istana dan kaum bangsawan yang terbiasa hidup mewah tidak bisa hidup tanpa masukan finansial dan material dari daerah-daerah lainnya, terutama daerah pelabuhan sebagai matrial dari darah-daerah lainnya, terutama daerah pelabuhan sebagai sumber kekayaan bagi kerajaan. Kemrdekaan bandar-bandar di pantai utara Jawa, berarti membunuh Majapahit secara perlahan-lahan.
Demak berkembang lebih kuat daripada Majapahit, karena didukung oleh kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa. Demak menyerang Majapahit hingga mengalami keruntuhan. Peristiwa ini digunakan secara simbolik, yakni sebagai serangan tikus, tamon, dan setan, hal ini bermakna sebagai berikut :
1.      Tikus itu wataknya remeh, tetapi lama-lama jika dibiarkan akan berkembangbiak. Artinya banyak orang yang datang yakni orang muslim awalnya ketika baru sampai di Jawa meminta perlindungan kepada Prabu Brawijaya di Majapahit, sesudah diberi balas merusak.
2.      Tawon itu membawa madu yang rasanya manis, senjatanya berada anus. Adapun tempat tinggalnya di dalam tala, artinya tadinya ketika dimuka orang muslim memakai kata-kata manis, akhirnya menyengat dari belakang. Adapun artinya tega merusak tatanan agama Hindu-Budha di Majapahit.
3.      Adapun setan (demit) dari Palembang setelah dibuka berbunyi gelegar artinya, Palembang itu mlembeng, yaitu ganti agama. Palembang bisa pula mengacu pada nama suatu daerah, yakni asal Adipati Terung dan Raden Patah. Peti artinya wadah yang tertutup untuk mewadahi barang yang samar. Demit itu juga berarti tukang santet. Ungkapan ini bermakna bahwa kehancuran Majapahit karena disantet secara samar atau karena kepiawaian Adipati Terung menyamarkan hasrat kuasanya. Namun pada suatu ketika terjadi penyerangan secara tiba-tiba. Majapahit tidak siap siaga sehingga musuh dengan mudah mengalahkannya. Adipati Terung berperan penting dalam penyamaran ini adalah saudara raden Patah dari Palembang yang diangkat oleh Prabu Brawijaya sebagai Adipati Terung.
Pendek kata, ungkapan bahwa Majapahit runtuh karena diserang oleh tikus, tawon, dan setan memiliki makna konotatif. Dalam konteks ini Majapahit runtuh karena diserang oleh Demak. Demak adalah musuh dalam selimut yang menghancurkan Majapahit secara tersembunyi dari dalam pada saat Majapahit lengah dan pada kondisi sakit keras. Serangan ini terjadi secara tiba-tiba dan beramai-ramai. Ungkapan ini bermakna, bahwa Demak menrapkan strategi menggerogoti Majapahit dari dalam. Akibatnya Majapahit yang sekarat, karena salah kelola, akhirnya runtuh.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar